Senin, 30 September 2013

hirarki organisasi kehidupan dalam biologi


Biologi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari kehidupan organisme, mulai dari mikrob, tumbuhan, hewan, sampai biologi manusia, sehingga Biologi boleh dikatakan merupakan induk dari ilmu-ilmu Pertanian dan Kedokteran. Oleh karena itu pengetahuan Biologi seharusnya menjadi pengetahuan dasar (basic sciences) bagi cabang ilmu-ilmu terapan tersebut.
Organisme hidup berinteraksi dengan lingkungannya yang berupa materi tidak hidup seperti gas dalam atmosfir, air, dan sinar matahari. Interaksi ini merupakan dasar suatu ekosistem yaitu hierarki tertinggi dalam suatu struktur organisasi kehidupan yang bisa dibuat. Suatu ekosistem, seperti hutan hujan tropika, mengandung semua organisme yang hidup dalam suatu daerah tertentu dengan komponen bukan hidup seperti tanah, udara,air, dan sinar matahari. Di bawah struktur organisasi ekosistem, semua makhluk hidup dalam hutan hujan tropika membawa suatu komunitas. Dalam komunitas organisme hutan hujan tropika terdiri dari berbagai spesies makhhluk hidup, salah satunya adalah spesies tupai terbang yang membentuk suatu populasi. Populasi tupai terbang merupakan kumpulan individu tupai terbang yang disebut kumpulan organisme.
Struktur di bawah organisme dalam tubuh seekor tupai terbang terdapat banyak sistem organ, seperti sistem pernapasan, sistem pencernaan, dan sistem saraf. Setipa sistem organ terdiri dari organ-organ, sebagai contoh organ utama dari sistem saraf adalah otak, yang terdiri kumpulan jaringan saraf. Dan setiap jaringan saraf. Dan setiap jaringan merupakan sekelompok sel yang serupa. Sel merupakan unit kehidupan yang terpisah dari lingkungan yang dibatasi oleh membran. Setiap jaringan mempunyai fungsi yang khusus yang ditampilkan oleh sel penyusunnya. Jaringan saraf yang membentuk sebagian besar otak, terdiri dari sel-sel saraf. Koordinasi otot untuk meluruskan kaki tupai waktu loncat melayang merupakan hasil jaringan komunikasi yang kompleks dari jutaan sel saraf yang membentuk jaringan saraf dalam otak.
Hierarki terkhir dari struktur organisasi biologi berupa molekul kimia. Sebagai contoh adalah DNA (deoxyribonucleic acid) yang merupakan molekul kimia pembentuk cetak biru suatu organisme, dan molekul penting yang diwariskan dari tetua ke zuriatnya, yang disebut gen. molekul kimia merupakan kumpulan partikel terkecil kimia yang disebut atom.
Kehidupan berlangsung dalam hirarki yang terorganisasi. Jadi hierarki organism dari yang terkecil hingga yang terbesar yang dipelajari dalam biologi, adalah sebagai berikut:
Dalam biologisel adalah kumpulan materi paling sederhana yang dapat hidup dan merupakan unit penyusun semua makhluk hidup. Jaringan dalam biologi adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Jaringan-jaringan yang berbeda dapat bekerja sama untuk suatu fungsi fisiologi yang sama membentuk organ. Di biologi, organ adalah kelompok jaringan yang melakukan beberapa fungsi. Sistem organ merupakan bentuk kerja sama antarorgan untuk melakukan fungsi-fungsi yang lebih kompleks lagi sehingga proses yang berlangsung di dalam tubuh suatu organisme dapat berjalan dengan baik sesuai aktivitas hidup organisme yang bersangkutan. Individu merupakan unit terkecil pembentuk masyarakat. Dalam biologipopulasi adalah sekumpulan individu dengan ciri-ciri yang sama (spesies) yang hidup menempati ruang yang sama pada waktu tertentu. Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Bioma adalah sekelompok hewan dan tumbuhan yang tinggal di suatu lokasi geografis tertentu.
Daftar pustaka :
http://repository.ipb.ac.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Biologi

Selasa, 24 September 2013

struktur dan fungsi sistem respirasi



STRUKTUR SISTEM RESPIRASI
Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk
metabolisme sel dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme
tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru.
STRUKUTUR SISTEM RESPIRASI
Sistem respirasi terdiri dari:
1. Saluran nafas bagian atas
Pada bagian ini udara yang masuk ke tubuh dihangatkan, disarung dan
dilembabkan
2. Saluran nafas bagian bawah
Bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari saluran bagian atas ke alveoli
3. Alveoli
terjadi pertukaran gas anatara O2 dan CO2
4. Sirkulasi paru
Pembuluh darah arteri menuju paru, sedangkan pembuluh darah vena
meninggalkan paru.
5. Paru
terdiri dari :
a. Saluran nafas bagian bawah
b. Alveoli
c. Sirkulasi paru
6. Rongga Pleura
Terbentuk dari dua selaput serosa, yang meluputi dinding dalam rongga
dada yang disebut pleura parietalis, dan yang meliputi paru atau pleura
veseralis
7. Rongga dan dinding dada
Merupakan pompa muskuloskeletal yang mengatur pertukaran gas dalam
proses respirasi
Saluran Nafas Bagian Atas
a. Rongga hidung
Udara yang dihirup melalui hidung akan mengalami tiga hal :
- Dihangatkan
- Disaring
- Dan dilembabkan
Yang merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi ( terdiri dari :
Psedostrafied ciliated columnar epitelium yang berfungsi menggerakkan partikel
partikel halus kearah faring sedangkan partikel yang besar akan disaring oleh bulu
hidung, sel golbet dan kelenjar serous yang berfungsi melembabkan udara yang
masuk, pembuluh darah yang berfungsi menghangatkan udara). Ketiga hal
tersebut dibantu dengan concha. Kemudian udara akan diteruskan ke
b. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius)
c. Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal
lidah)
d. Laringofaring(terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)
Saluran Nafas Bagian Bawah
a. Laring
Terdiri dari tiga struktur yang penting
- Tulang rawan krikoid
- Selaput/pita suara
- Epilotis
- Glotis
b. Trakhea
Merupakan pipa silider dengan panjang ± 11 cm, berbentuk ¾ cincin tulang
rawan seperti huruf C. Bagian belakang dihubungkan oleh membran fibroelastic
menempel pada dinding depan usofagus.
c. Bronkhi
Merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri. Tempat percabangan ini disebut
carina. Brochus kanan lebih pendek, lebar dan lebih dekat dengan trachea.
Bronchus kanan bercabang menjadi : lobus superior, medius, inferior. Brochus
kiri terdiri dari : lobus superior dan inferior
d. Alveoli
Terdiri dari : membran alveolar dan ruang interstisial.
Membran alveolar :
- Small alveolar cell dengan ekstensi ektoplasmik ke arah rongga alveoli
- Large alveolar cell mengandung inclusion bodies yang menghasilkan
surfactant.
- Anastomosing capillary, merupakan system vena dan arteri yang saling
berhubungan langsung, ini terdiri dari : sel endotel, aliran darah dalam
rongga endotel
- Interstitial space merupakan ruangan yang dibentuk oleh : endotel
kapiler, epitel alveoli, saluran limfe, jaringan kolagen dan sedikit serum.
Aliran pertukaran gas
Proses pertukaran gas berlangsung sebagai berikut: alveoli epitel alveoli « membran
dasar « endotel kapiler « plasma « eitrosit.
Membran « sitoplasma eritrosit « molekul hemoglobin
O² Co²
Surfactant
Mengatur hubungan antara cairan dan gas. Dalam keadaan normal surfactant ini akan
menurunkan tekanan permukaan pada waktu ekspirasi, sehingga kolaps alveoli dapat
dihindari.
Sirkulasi Paru
Mengatur aliran darah vena – vena dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis dan
mengalirkan darah yang bersifat arterial melaului vena pulmonalis kembali ke
ventrikel kiri.
Paru
Merupakan jalinan atau susunan bronhus bronkhiolus, bronkhiolus terminalis,
bronkhiolus respiratoty, alveoli, sirkulasi paru, syaraf, sistem limfatik.
Rongga dan Dinding Dada
Rongga ini terbentuk oleh:
- Otot –otot interkostalis
- Otot – otot pektoralis mayor dan minor
- Otot – otot trapezius
- Otot –otot seratus anterior/posterior
- Kosta- kosta dan kolumna vertebralis
- Kedua hemi diafragma
Yang secara aktif mengatur mekanik respirasi.
PARU-PARU
Merupakan jalinan atau susunan bronhus bronkhiolus, bronkhiolus terminalis,
bronkhiolus respiratoty, alveoli, sirkulasi paru, syaraf, sistem limfatik.
SIRKULASI PARU
a. Pulmonary blood flow total = 5 liter/menit
Ventilasi alveolar = 4 liter/menit
Sehingga ratio ventilasi dengan aliran darah dalam keadaan normal = 4/5 = 0,8
b. Tekanan arteri pulmonal = 25/10 mmHg dengan rata-rata = 15 mmHg.
Tekanan vena pulmolais = 5 mmHg, mean capilary pressure = 7 mmHg
Sehingga pada keadaan normal terdapat perbedaan 10 mmHg untuk mengalirkan
darah dari arteri pulmonalis ke vena pulmonalis
c. Adanya mean capilary pressure mengakibatkan garam dan air mengalir dari
rongga kapiler ke rongga interstitial, sedangkan osmotic colloid pressure
akan menarik garam dan air dari rongga interstitial kearah rongga kapiler. Kondisi
ini dalam keadaan normal selalu seimbang.Peningkatan tekanan kapiler
atau penurunan koloid akan menyebabkan peningkatan akumulasi air dan
garam dalam rongga interstitial.
TRANSPOR OKSIGEN
1.Hemoglobin
Oksigen dalam darah diangkut dalam dua bentuk:
- Kelarutan fisik dalam plasma
- Ikatan kimiawi dengan hemoglobin
Ikatan hemoglobin dengan tergantung pada saturasi O2, jumlahnya dipengaruhi oleh
pH darah dan suhu tubuh. Setiap penurunan pH dan kenaikkan suhu tubuh
mengakibatkan ikatan hemoglobin dan O2 menurun.
2. Oksigen content
Jumlah oksigen yang dibawa oleh darah dikenal sebagai oksigen content (Ca O2 )
- Plasma
- Hemoglobin
REGULASI VENTILASI
Kontrol dari pengaturan ventilasi dilakukan oleh sistem syaraf dan kadar/konsentrasi
gas-gas yang ada di dalam darah
Pusat respirasi di medulla oblongata mengatur:
-Rate impuls Respirasi rate
-Amplitudo impuls Tidal volume
Pusat inspirasi dan ekspirasi : posterior medulla oblongata, pusat kemo reseptor :
anterior medulla oblongata, pusat apneu dan pneumothoraks : pons.
Rangsang ventilasi terjadi atas : PaCo2, pH darah, PaO2
PEMERIKSAAN FUNGSI PARU
Kegunaan: untuk mendiagnostik adanya : sesak nafas, sianosis, sindrom bronkitis
Indikasi klinik:
- Kelainan jalan nafas paru,pleura dan dinding toraks
- Payah jantung kanan dan kiri
- Diagnostik pra bedah toraks dan abdomen
- Penyakit-penyakit neuromuskuler
- Usia lebih dari 55 tahun.
FUNGSI RESPIRASI DAN NON RESPIRASI DARI PARU
1. Respirasi : pertukaran gas O² dan CO²
2. Keseimbangan asam basa
3. Keseimbangan cairan
4. Keseimbangan suhu tubuh
5. Membantu venous return darah ke atrium kanan selama fase inspirasi
6. Endokrin : keseimbangan bahan vaso aktif, histamine, serotonin, ECF dan
angiotensin
7. Perlindungan terhadap infeksi: makrofag yang akan membunuh bakteri
Mekanisme Pernafasan
Agar terjadi pertukaran sejumlah gas untuk metabolisme tubuh diperlukan usaha
keras pernafasan yang tergantung pada:
1. Tekanan intar-pleural
Dinding dada merupakan suatu kompartemen tertutup melingkupi paru. Dalam
keadaan normal paru seakan melekat pada dinding dada, hal ini disebabkan karena
ada perbedaan tekanan atau selisih tekanan atmosfir ( 760 mmHg) dan tekanan intra
pleural (755 mmHg). Sewaktu inspirasi diafrgama berkontraksi, volume rongga dada
meningkat, tekanan intar pleural dan intar alveolar turun dibawah tekanan atmosfir
sehingga udara masuk Sedangkan waktu ekspirasi volum rongga dada mengecil
mengakibatkan tekanan intra pleural dan tekanan intra alveolar meningkat diatas
atmosfir sehingga udara mengalir keluar.
2. Compliance
Hubungan antara perubahan tekanan dengan perubahan volume dan aliran dikenal
sebagai copliance.
Ada dua bentuk compliance:
- Static compliance, perubahan volum paru persatuan perubahan tekanan
saluran nafas ( airway pressure) sewaktu paru tidak bergerak. Pada orang
dewasa muda normal : 100 ml/cm H2O
- Effective Compliance : (tidal volume/peak pressure) selama fase
pernafasan. Normal: ±50 ml/cm H2O
Compliance dapat menurun karena:
- Pulmonary stiffes : atelektasis, pneumonia, edema paru, fibrosis paru
- Space occupying prosess: effuse pleura, pneumothorak
- Chestwall undistensibility: kifoskoliosis, obesitas, distensi abdomen
Penurunan compliance akan mengabikabtkan meningkatnya usaha/kerja nafas.
3. Airway resistance (tahanan saluran nafas)
Rasio dari perubahan tekanan jalan nafas

sistem respirasi pada manusia

  

Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Menusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.
Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :
1. Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara.
2. Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel tubuh.
Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan dengan dua cara pernapasan, yaitu :
1. Respirasi / Pernapasan Dada
- Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut
- Tulang rusuk terangkat ke atas
- Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil sehingga udara masuk ke dalam badan.
2. Respirasi / Pernapasan Perut
- Otot difragma pada perut mengalami kontraksi
- Diafragma datar
- Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada dada mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.
Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berlipat-lipat kali dan bisa sampai 10 hingga 15 kalilipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan mengikat oksigen yang banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara.
Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapat 100 mmHg dengan 19 cc oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya hanya 40 milimeter air raksa dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di mana setiap liter darah mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2 yang dihasilkan akan keluar dari jaringan menuju paruparu dengan bantuan darah.
Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia :
1. Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO2
2. Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO2
3. Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : HbO2 ---> Hb + O2
4. Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O ---> H2 + CO2

Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Menusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.
Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :
1. Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara.
2. Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel tubuh.
Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan dengan dua cara pernapasan, yaitu :
1. Respirasi / Pernapasan Dada
- Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut
- Tulang rusuk terangkat ke atas
- Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil sehingga udara masuk ke dalam badan.
2. Respirasi / Pernapasan Perut
- Otot difragma pada perut mengalami kontraksi
- Diafragma datar
- Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada dada mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.
Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berlipat-lipat kali dan bisa sampai 10 hingga 15 kalilipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan mengikat oksigen yang banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara.
Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapat 100 mmHg dengan 19 cc oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya hanya 40 milimeter air raksa dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di mana setiap liter darah mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2 yang dihasilkan akan keluar dari jaringan menuju paruparu dengan bantuan darah.
Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia :
1. Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO2
2. Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO2
3. Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : HbO2 ---> Hb + O2
4. Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O ---> H2 + CO2

gangguan pada sistem respirasi




               
Sistem pernapasan manusia yang terdiri atas beberapa organ dapat mengalami gangguan. Gangguan ini biasanya berupa kelainan atau penyakit. Penyakit atau kelainan yang menyerang sistem pernapasan ini dapat menyebabkan terganggunya proses pernapasan.
Berikut adalah beberapa contoh gangguan pada system pernapasan manusia.

  1. Emfisema, merupakan penyakit pada paru-paru. Paruparu mengalami pembengkakan karena pembuluh darahnya kemasukan udara. 
  2. Asma, merupakan kelainan penyumbatan saluran pernapasan yang disebabkan oleh alergi, seperti debu, bulu, ataupun rambut. Kelainan ini dapat diturunkan. Kelainan ini juga dapat kambuh jika suhu lingkungan cukup rendah atau keadaan dingin.
  3. Kanker paru-paru. Penyakit ini merupakan salah satu yang paling berbahaya. Sel-sel kanker pada paru-paru terus tumbuh tidak terkendali. Penyakit ini lamakelamaan dapat menyerang seluruh tubuh. Salah satu pemicu kanker paru-paru adalah kebiasaan merokok. Merokok dapat memicu terjadinya kanker paru-paru dan kerusakan paru-paru.
  4. Tuberkulosis (TBC), merupakan penyakit paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut menimbulkan bintil-bintil pada dinding alveolus. Jika penyakit ini menyerang dan dibiarkan semakin luas, dapat menyebabkan sel-sel paru-paru mati. Akibatnya paru-paru akan kuncup atau mengecil. Hal tersebut menyebabkan para penderita TBC napasnya sering terengah-engah.
  5. Bronkhitis, merupakan gangguan pada cabang batang tenggorokan akibat infeksi. Gejalanya adalah penderita mengalami demam dan menghasilkan lendir yang menyumbat batang tenggorokan. Akibatnya penderita mengalami sesak napas. 
  6. Influenza (flu), merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini timbul dengan gejala bersin-bersin, demam, dan pilek.


Penyakit paru-paru


Sabtu, 24 Agustus 2013

kera besar juga bisa berenang dan menyelam

                

                              
Untuk pertama kali, ilmuwan berhasil mendokumentasikan perilaku berenang kera. Sebelumnya, kera dianggap tidak dapat berenang.

Dokumentasi perilaku berenang kera berupa video yang merekam seekor simpanse bernama Cooper. lebih dari sekadar berenang, simpanse ini juga menyelam hingga beberapa meter di bawah permukaan air.

"Kami sangat terkejut saat simpanse Cooper menyelam beberapa kali ke sebuah kolam renang di Missouri dan terlihat sangat nyaman," kata Renato Bender, peneliti dari University of Witwatersrand.

"Ini adalah perilaku yang sangat mengejutkan bagi hewan yang semula diduga takut air," sambung Bender yang berperan mendokumentasikan perilaku ini, seperti dikutip dari Livescience, Rabu (21/8/2013).

Dokumentasi perilaku berenang lainnya adalah rekaman video seekor orangutan bernama Suryia yang hidup di Kebun Binatang Carolina Selatan. Orangutan itu berenang sejauh 12 meter tanpa asistensi.

Baik simpanse maupun orangutan berenang dengan gaya dada, membuat mereka berbeda dengan manusia yang biasanya menggunakan gaya kayuh anjing.

Peneliti menduga, gaya dada merupakan adaptasi gaya hidup simpanse dan orangutan bergelantungan di atas pohon yang mengandalkan tangan dan kaki, tidak seperti manusia yang berjalan di atas tanah dengan kaki saja.

Peneliti menyatakan bahwa hasil riset ini menggarisbawahi perlunya studi tentang perilaku berenang pada kera dan evolusinya.

"Kita masih belum tahu sejak kapan moyang manusia berenang dan menyelam secara berkala," kata Nicole Bender yang juga terlibat dokumentasi ini.

"Perilaku kera besar di air selama ini diabaikan dalam antropologi," katanya. Hasil riset ini dipublikasikan di American Journal of Physical Anthropology

Minggu, 11 Agustus 2013

mengapa burung kehilangan penis dalam proses evolusinya


Penelitian terbaru memberi penjelasan mengapa burung kehilangan penis dalam proses evolusinya.

Burung seperti ayam yang secara normal memiliki penis pada saat embrio. Namun, begitu tumbuh dewasa, penis mengalami degradasi.

Studi yang dipublikasikan di jurnal Current Biology menunjukkan, penis mengalami reduksi karena banyak burung memiliki "program" genetik yang menghentikan perkembangan penis.

Ketika penis tak berkembang, ayam mampu mengontrol reproduksinya.

Martin Cohn dari University of Florida di Gainesville yang menjadi co-author dalam publikasi penelitian ini mengatakan, "Penemuan kami menunjukkan, reduksi penis dalam evolusi burung terjadi dengan aktivasi mekanisme normal kematian sel yang terprogram di lokasi baru, ujung dari penis yang sedang tumbuh."

Tim peneliti menemukan bahwa gen yang disebut Bmp4 memainkan peranan penting dalam proses ini. Dalam perkembangan ayam, ketika gen Bmp4 aktif, perkembangan penis akan terhenti.

Sementara itu, pada bebek yang masih mempertahankan penisnya, gen tersebut tetap inaktif.

Karena tak punya penis, ayam dan burung lain yang juga tak memiliki penis harus mengembangkan cara reproduksi selain dengan penetrasi.

Baik burung jantan maupun betina memiliki pembukaan yang disebut kloaka. Ketika kloaka jantan dan betina bersentuhan, maka sperma akan ditransfer. Mekanisme transfer sperma ini sering disebut "ciuman kloaka".

Meski sebab reduksi penis mampu diuraikan, alasan mengapa banyak burung harus tak memilikinya masih menjadi misteri. Pimpinan studi, Anna Herrera, dari University of Florida, berspekulasi bahwa hilangnya penis terkait upaya kontrol reproduksi.

"Genitalia lebih sering terdampak cacat lahir daripada organ lainnya," kata Cohn seperti dikutip BBC, Kamis (6/6/2013).

"Membedah basis molekuler dari variasi natural yang dipicu oleh evolusi bisa membantu penemuan mekanisme baru perkembangan embrio yang tak terduga," lanjut Cohn.

"Ini tak hanya membuka kesempatan bagi kita untuk memahami bagaimana evolusi bekerja, tetapi juga memperoleh pandangan baru tentang sebab malformasi," pungkasnya.

                    

Mikroba Rushing Fireball




Mikroba rushing fireball adalah makhluk yang mampu bertahan dalam kondisi panas ekstrem. Makhluk ini masih mampu hidup meskipun berada dalam panas 100 derajat celsius.

Makhluk bernama Pyrococcus furiosus ini pertama kali ditemukan oleh Karl Stetter di geotermal panas sedimen laut di Vulcano Island, Italia.

Russell mcLendon dalam Mother Earth News melaporkan bahwa para peneliti kini tengah mengembangkan jenis mikroba rushing fireball yang mampu bertahan di kondisi lebih dingin serta memiliki "selera" terhadap karbondioksida. Makhluk tiruan ini nantinya akan dimanfaatkan untuk menjadi bahan bakar

Bakteri tahan radiasi

Bakteri tahan radiasi itu adalah Dienococcus radiodurans. Bakteri ini ditemukan hampir lima puluh tahun yang lalu dalam sebuah daging yang sudah disterilkan dengan radiasi.

Ketika terpapar radiasi, tubuh Dienococcus radiodurans akan pecah, tetapi ia akan mampu kembali lagi ke bentuk semula.

Guiness World Record mencatat bakteri yang juga disebut mikroba Lazurus ini sebagai makhluk hidup paling tahan radiasi. Makhluk ini mampu menahan paparan radiasi 3.000 kali lebih banyak dari yang mampu diterima manusia.

Bakteri tahan radiasi ini kini tengah dikembangkan oleh para peneliti. Mereka memikirkan kemungkinan memanfaatkan bakteri ini untuk melindungi manusia dari paparan radiasi yang berasal dari kemoterapi dan sinar Matahari

Langkah-langkah dalam penulisan karya ilmiah

Dalam pembuatan sebuah karya ilmiah dibutuhkan beberapa tahapan - tahapan, diantaranya yaitu : tahap persiapan, tahap penulisan dan tahap evaluasi.
A. Tahap Persiapan
1. Memilih Topik dan Tema
Topik (bahasa Yunani:topoi) adalah inti utama dari seluruh isi tulisan yang hendak disampaikan atau lebih dikenal dengan dengan topik pembicaraan. Topik adalah hal yang pertama kali ditentukan ketika penulis akan membuat tulisan. Wahab (1994:4) menyebutkan bahwa yang dimaksud topik adalah bidang medan atau lapangan masalah yang akan digarap dalam karya tulis atau penelitian. Sementara itu, tema diartikan sebagai pernyataan sentral atau pernyataan inti tentang topik yang akan ditulis. Topik yang memang masih terlalu luas harus dibatasi menjadi sebuah tema.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan topik adalah :
a. Isu-isu yang masih hangat.
b. Peristiwa-peristiwa nasional atau internasional.
c. Sesuatu (benda, karya, orang, dan lain-lain) yang dikaitkan dengan permasalahan politik, pendidikan, agama, dan lain-lain.
d. Pengalaman-pengalaman pribadi yang berbobot.
2. Mengumpulkan Bahan
Setelah memilih topik dan menentukan tema penulisan, penulis mulai mengumpulkan bahan. Bahan bisa didapatkan dari berbagai media cetak maupun elektronika. Bahan-bahan tersebut dikumpulkan terutama yang relevan dengan topik dan tema yang akan ditulis. Pemilihan bahan yang relevan ini bisa dengan cara membaca atau mempelajari bahan secara sepintas serta menilai kualitas isi bahan. Bahan yang sudah terkumpul tersebut bisa dimanfaatkan untuk memperkaya pengetahuan penulis dan sebagai landasan teoretis dari karya tulis tersebut.
3. Survei Lapangan
Langkah ini adalah melakukan pengamatan atas obyek yang diteliti. Menetapkan masalah dan tujuan yang akan diteliti dan dijadikan karya ilmiah. Langkah ini merupakan titik acuan Anda dalam proses penulisan atau penelitian.
4.  Membangun Bibliografi
Bibliografi berarti kegiatan teknis membuat deskripsi untuk suatu cantuman tertulis atau pustaka yang telah diterbitkan, yang tersusun secara sistematik berupa daftar menurut aturan yang dikehendaki. Dengan demikian tujuan bibliofrafi adalah untuk mengetahui adanya suatu buku/pustaka atau sejumlah buku/pustaka yang pernah diterbitkan.
Unsur-Unsur Bibliografi dan Contoh Penulisannya :
a. Nama Pengarang, yang dikutip secara lengkap
b. Judul Buku, termasuk judul tambahannya.
c. Data Publikasi: penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan ke berapa, nomor jilid buku dan tebal (jumlah halaman) buku tersebut.
d. Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah, atau surat kabar, tanggal dan tahun.
Penyusunan Bibliografi :
a. Nama pengarang diurutkan berdasarkan urutan abjad.
b. Jika tidak ada nama pengarang, judul buku atau artikel yang dimasukkan dalam urutan abjad.
c. Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan refrensi, untuk refrensi kedua dan seterusnya, nama pengarang tidak diikutsertakan, tetapi diganti dengan garis sepanjang 5 atau 7 ketikan.
d. Jarak antara baris dengan baris untuk satu refrensi adalah satu spasi. Namun, jarak antara pokok dengan pokok lain adalah dua spasi.
e. Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap pokok harus dimasukkan ke dalam sebanyak tiga atau empat ketikan.
5. Menyusun Hipotesis
Langkah ini adalah menyusun dugaan-dugaan yang menjadi penyebab dari obyek penelitian Anda. Hipotesis ini merupakan prediksi yang ditetapkan ketika Anda mengamati obyek penelitian.
6. Menyusun Rancangan Penelitian
Merupakan kerangka kerja bagi penelitian yang dilakukan. Menyusun rancangan penelitian sebagai langkah ketiga dari langkah-langkah menulis karya ilmiah. Ini merupakan kerangka kerja bagi penelitian yang dilakukan.
7. Melaksanakan Percobaan Berdasarkan Metode yang Direncanakan
Langkah ini merupakan kegiatan nyata dari proses penelitian dalam bentuk percobaan terkait penelitian yang dilakukan. Anda lakukan percobaan yang signifikan dengan obyek penelitian
8. Melaksanakan Pengamatan dan Pengumpulan Data
Setelah melakukan percobaan atas obyek penelitian dengan metode yang direncanakan, maka selanjutnya Anda melakukan pengamatan terhadap obyek percobaan yang dilakukan tersebut.
9. Menganalisis dan Menginterpretasikan Data
Langkah ini menganalisa dan menginterpretasikan hasil pengamatan yang sudah dilakukan. Anda coba untuk menginterpretasikan segala kondisi yang terjadi pada saat pengamatan. Di langkah inilah Anda mencoba untuk meneliti dan memperkirakan apa yang terjadi dari pengamatan dan pengumpulan data.
10. Merumuskan Kesimpulan dan Teori
Langkah ini merumuskan kesimpulan atau teori mengenai segala hal yang terjadi selama percobaan, pengamatan, penganalisaan dan penginterpretasian data. Langkah ini mencoba untuk menarik kesimpulan dari semua yang didapatkan dari proses percobaan, pengamatan, penganalisaan, dan penginterpretasian terhadap obyek penelitian.
B. Tahap Penulisan
Format Umum Penulisan Karya Ilmiah :
  • Bagian Permulaan
    1. Halaman Sampul
      • Judul
      • Jenis laporan (KTI, skripsi, tesis, disertasi)
      • Nama, NIM Mahasiswa
      • Lambang Institusi
      • Nama Lengkap Universitas
    2. Halaman logo
    3. Halaman Judul (sama dengan halaman sampul)
      Penulisan judul jika lebih dari 1 baris maka ditulis seperti piramida terbalik
    4. Halaman Persetujuan
      • Persetujuan Pembimbing
      • Pengesahan untuk para penguji
    5. Kata Pengantar
    6. Ucapan Terimakasih
    7. Abstrak
    8. Daftar Isi
    9. Daftar tabel, gambar dan lampiran
  • Bagian Isi
    1. Pendahuluan
      • Latar belakang pengambilan topik
      • Perumusan masalah
      • Tujuan
        *Umum
        *Khusus
      • Manfaat Penelitian
    2. Kerangka Teori/Tinjauan Pustaka
    3. Kerangka Konsep
      • Diagram kerangka konsep
      • Hipotesa
      • Defenisi operasional
    4. Metodologi Penelitian
      • Rancangan/desain penelitian
      • Populasi
      • Pengambilan sampel
      • Cara pengolahan data
    5. Hasil Penelitian
      • Penguraian hasil penelitian
    6. Pembahasan
      • Mebahas hasil penelelitian berdasarkan tinjauan kepustakaan yang telah dibuat
    7. Kesimpulan
    8. Saran
C. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi ini bertujuan untuk memeriksa kembali tulisan yang telah jadi ataupun memperbaiki berbagai kesalahan dan kekurangan dalam karya tulis. Hal yang harus menjadi perhatian diantaranya yaitu isi artikel, sistematika penyajian dan bahasa yang digunakan.

Sabtu, 10 Agustus 2013







KENTUT SAPI SEBABKAN GLOBAL WARMING

             

                     

Alaram tanda bahaya pada bumi telah berdering.

dewasa ini banyak sekali permasalahan-permasalahan yang menimpa bumi,terutama masalah lingkungan.tentunya kita tidak asing lagi yang namanya pemanasan global(Global Warming) banyak faktor penyebab global warming, salah satunya pada sektor peternakan,khususnya peternakan sapi


 

Sapi termasuk hewan mamalia dari familia Bovidae dan subfamilia Bovinae. Sapi dipelihara untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai bahan pangan. Kotoran sapi pun kini telah dimanfaatkan sebagai pupuk organik, sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil yang sudah mulai langka, bahkan sebagai media pembenihan cacing tanah, yang nantinya digunakan sebagai bahan obat.

Tapi tahukah Anda, bahwa selama ini sapi ternyata menjadi salah satu penyebab global warming?
Sejak dulu kita hanya menyalahkan CO2, CO, atau CFC sebagai biang kerok penyebab global warming, padahal ada beberapa biang keladi lain penyebab global warming, salah satunya adalah gas metana.

Gas Metana Sangat Berbahaya
Mungkin belum banyak orang yang tahu tentang gas metana. Metana adalah gas anaerobik yang dihasilkan dari aktivitas mikroorganisme saat menguraikan bahan-bahan organik. Perlu diketahui bahwasanya gas metana mengandung emisi efek rumah kaca 23 kali lebih ganas ketimbang dengan gas CO2. Gas metana dihasilkan melalui proses yang berlangsung secara alamiah. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan jumlah gas metana selain yang tersimpan di dasar laut pada kutub bumi adalah meningkatnya populasi ternak.

Selama ini ternyata sapi merupakan salah satu hewan ternak penyumbang terbesar gas metana. Sistem pencernaan sapi yang sangat lambat menjadi alasan mengapa binatang itu menghasilkan banyak gas metana, khususnya pada kentut sapi. Gas metana memiliki potensi menghasilkan efek rumah kaca seperti halnya gas CO2,bahkan lebih ganas 23 kalinya.

Pernah dilakukan suatu penelitian yang dilakukan oleh seorang yang berasal dari Argentina, bahwasanya didapatkan fakta kalau gas metana dari sapi menyumbang lebih dari 30% total emisi penyebab efek rumah kaca negara Argentina. Sebagai salah satu negara penghasil daging sapi terbesar di dunia, Argentina mempunyai lebih dari 55 juta ekor sapi yang merumput di daerah Pampas.

Dapat disimpulkan bahwa ketika seseorang mengkonsumsi banyak daging sapi, maka orang tersebut secara tidak langsung telah ikut menciptakan global warming. Hal ini mengindikasikan bahwa pola hidup seseorang akan mempunyai pengaruh besar terhadap keselamatan, atau bahkan kehancuran bumi sekalipun.
Mari Memanfaatkannya

Sudah saatnya kita membiasakan diri untuk hidup sehat dan ramah lingkungan. Kalau tidak dimulai sekarang, mau kapan lagi, apakah kita mau menunggu sampai bumi kita benar-benar hancur?
Kita sebagai mahasiswa biologi harusnya peka terhadap situasi yang semakin parah seperti ini. Apalagi kita sebagai mahasiswa yang tergabung di dalam KIMBI yang notabene merupakan komunitas yang berbasis sains dan teknologi. Sebagai “engineer” layaknya kita bisa menciptakan suatu ide-ide kreatif atau suatu alat yang bisa memanfaatkan kotoran sapi tersebut yang mengandung gas metana sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil yang sudah langka. Memang dalam waktu dekat ini, bahan bakar alternatif dari kotoran sapi menjadi booming.Selain hal tersebut, seperti yang sudah dijelaskan tadi kotoran sapi juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik, dan sebagai media untuk pembenihan cacing tanah yang nantinya digunakan untuk obat.
Dibalik bahaya yang dihasilkan oleh sapi (kotorannya), ternyata ada juga manfaat yang besar dari itu semua. Sekarang tinggal bagaimana kita menyikapi hal tersebut, kalau kita benar-benar mau berusaha menjaga bumi ini, tidaklah ada sesuatu hal yang tidak mungkin.

Ilmuwan Muda.!
Berkontribusi!!!!
Foto: KENTUT SAPI SEBABKAN GLOBAL WARMING!!" Alarm tanda bahaya pada bumi telah berdering kencang. Dewasa ini banyak sekali permasalahan-permasalahan yang menimpa bumi ini, terutama masalah lingkungan. Tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan yang namanya Pemanasan Global (Global Warming). Banyak faktor penyebab global warming, salah satunya adalah pada sektor peternakan, khususnya peternakan sapi. Sapi termasuk hewan mamalia dari familia Bovidae dan subfamilia Bovinae. Sapi dipelihara untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai bahan pangan. Kotoran sapi pun kini telah dimanfaatkan sebagai pupuk organik, sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil yang sudah mulai langka, bahkan sebagai media pembenihan cacing tanah, yang nantinya digunakan sebagai bahan obat. Tapi tahukah Anda, bahwa selama ini sapi ternyata menjadi salah satu penyebab global warming? Sejak dulu kita hanya menyalahkan CO2, CO, atau CFC sebagai biang kerok penyebab global warming, padahal ada beberapa biang keladi lain penyebab global warming, salah satunya adalah gas metana. Gas Metana Sangat Berbahaya Mungkin belum banyak orang yang tahu tentang gas metana. Metana adalah gas anaerobik yang dihasilkan dari aktivitas mikroorganisme saat menguraikan bahan-bahan organik. Perlu diketahui bahwasanya gas metana mengandung emisi efek rumah kaca 23 kali lebih ganas ketimbang dengan gas CO2. Gas metana dihasilkan melalui proses yang berlangsung secara alamiah. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan jumlah gas metana selain yang tersimpan di dasar laut pada kutub bumi adalah meningkatnya populasi ternak. Selama ini ternyata sapi merupakan salah satu hewan ternak penyumbang terbesar gas metana. Sistem pencernaan sapi yang sangat lambat menjadi alasan mengapa binatang itu menghasilkan banyak gas metana, khususnya pada kentut sapi. Gas metana memiliki potensi menghasilkan efek rumah kaca seperti halnya gas CO2,bahkan lebih ganas 23 kalinya. Pernah dilakukan suatu penelitian yang dilakukan oleh seorang yang berasal dari Argentina, bahwasanya didapatkan fakta kalau gas metana dari sapi menyumbang lebih dari 30% total emisi penyebab efek rumah kaca negara Argentina. Sebagai salah satu negara penghasil daging sapi terbesar di dunia, Argentina mempunyai lebih dari 55 juta ekor sapi yang merumput di daerah Pampas. Dapat disimpulkan bahwa ketika seseorang mengkonsumsi banyak daging sapi, maka orang tersebut secara tidak langsung telah ikut menciptakan global warming. Hal ini mengindikasikan bahwa pola hidup seseorang akan mempunyai pengaruh besar terhadap keselamatan, atau bahkan kehancuran bumi sekalipun. Mari Memanfaatkannya Sudah saatnya kita membiasakan diri untuk hidup sehat dan ramah lingkungan. Kalau tidak dimulai sekarang, mau kapan lagi, apakah kita mau menunggu sampai bumi kita benar-benar hancur? Kita sebagai mahasiswa biologi harusnya peka terhadap situasi yang semakin parah seperti ini. Apalagi kita sebagai mahasiswa yang tergabung di dalam KIMBI yang notabene merupakan komunitas yang berbasis sains dan teknologi. Sebagai “engineer” layaknya kita bisa menciptakan suatu ide-ide kreatif atau suatu alat yang bisa memanfaatkan kotoran sapi tersebut yang mengandung gas metana sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil yang sudah langka. Memang dalam waktu dekat ini, bahan bakar alternatif dari kotoran sapi menjadi booming.Selain hal tersebut, seperti yang sudah dijelaskan tadi kotoran sapi juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik, dan sebagai media untuk pembenihan cacing tanah yang nantinya digunakan untuk obat. Dibalik bahaya yang dihasilkan oleh sapi (kotorannya), ternyata ada juga manfaat yang besar dari itu semua. Sekarang tinggal bagaimana kita menyikapi hal tersebut, kalau kita benar-benar mau berusaha menjaga bumi ini, tidaklah ada sesuatu hal yang tidak mungkin. Ilmuwan Muda.! Berkontribusi!!!!

PUBLIKASI ILMIAH SEBAGAI PRODUK UTAMA AKTIFITAS PENELITIAN ILMIAH

          Publikasi Ilmiah merupakan salah satu produk utama aktivitas penelitian ilmiah di samping potensi
aplikasi pengetahuan ilmiah yang dihasilkan dalam bentuk teknologi. Oleh karena itu, aktivitas penelitian dapat dipandang sebagai ujung tombak yang bermata dua yang di satu sisi menghasilkan pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) mengenai fenomena alam (discovery) sedangkan di sisi lain pengetahuan tersebut dapat memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi teknologi (invention) yang mampu menghasilkan produk dan atau jasa (goods & service).

Kedua produk penelitian ilmiah tersebut sangat berkaitan erat antara satu dengan yang lain karena di satu pihak, pengetahuan ilmiah yang ditemukan dapat membuka peluang untuk menghasilkan teknologi tetapi di pihak lain, teknologi yang dihasilkan pada gilirannya dapat pula memberikan umpan balik untuk mendorong kecanggihan penelitian ilmiah dalam melakukan penemuan mengenai penjelasan fenomena alam selanjutnya.

Hal tersebut disampaikan oleh Langkah Sembiring, M.Sc., Ph.D. dari fakultas Biologi UGM pada Seminar Nasional (Semnas) Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA di kampus FMIPA UNY, Sabtu, 2/6. Semnas diikuti oleh sekitar 216 peserta dari berbagai daerah.

Pada makalahnya yang berjudul Publikasi Ilmiah sebagai Produk Utama Aktivitas Penelitian Ilmiah, Langkah Sembiring mengatakan, adanya kerancuan ekspektasi terhadap produk penelitian muncul sebagai akibat ketidakjelasan pemahaman mengenai hakekat produk penelitian khususnya basic science sehingga berakibat adanya penyikapan yang kurang proporsional.

“Oleh karena itu, perlu diuraikan secara jelas dan tegas mengenai hakekat produk penelitian agar dapat dipahami dengan lebih jelas dan tidak menimbulkan kerancuan dalam penyikapan. Dengan demikian, apresiasi terhadap produk penelitian, penelitian basic science pada khususnya, baik dalam bentuk publikasi ilmiah maupun berupa teknologi dapat diberikan secara lebih proporsional dan substansial sesuai dengan hakekatnya masing-masing,” lanjutnya.

Di satu sisi, perbedaan antara kedua aspek produk penelitian ilmiah tersebut sangat perlu disadari oleh semua pihak sehingga para peneliti dapat menyikapi secara proporsional dan aktivitas penelitian ilmiah dapat lebih fokus dalam mencapai tujuannya masing-masing secara lebih efektif dan efisien kendatipun keduanya sangat terkait secara erat. Di sisi lain, pemisahan secara kaku antara ilmu dan teknologi juga dapat bersifat mengekang (counterproductive) karena keterkaitan antar keduanya yang jelas saling mendukung dan bersifat dinamis.

Dijelaskan, ketidakjelasan pemahaman mengenai perbedaan tujuan utama antara ilmu (science) dan teknologi (technology) misalnya, seringkali menimbulkan kerancuan dalam menilai capaian suatu aktivitas penelitian ilmiah dan bermuara pada kurangnya apresiasi terhadap temuan ilmiah (scientific discovery) yang berupa publikasi ilmiah. Sebagai konsekuensinya, gairah melakukan penelitian yang mampu menghasilkan produk berupa publikasi ilmiah menjadi kurang berkembang. Rendahnya apresiasi terhadap publikasi ilmiah mungkin telah berperan dalam menimbulkan kerancuan pemahaman mengenai tujuan utama publikasi ilmiah.

Sebagai contoh, peneliti menjadi lebih bersikap pragmatis sehingga tujuan utama publikasi ilmiah seolah-olah hanyalah untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat yang lebih bersifat adminsitratif dari pada substantif. Padahal untuk dapat menghasilkan publikasi ilmiah yang berkualitas, seorang peneliti selain harus memiliki semangat kerja keras juga dituntut selalu mengasah ketrampilan menulis publikasi ilmiah (scientific writing). “Jadi, perlu disosialisasikan secara gencar kepada semua pihak bahwa fungsi utama publikasi ilmiah dalam basic science adalah untuk pengembangan ilmu sedangkan penelitian dalam ilmu terapan (applied science) bertujuan untuk menghasilkan produk berpotensi komersial yang justru tidak akan dipublikasikan melainkan akan dipatenkan,” tambahnya.